Pada bulan Oktober 1975 ada suatu kejadian yang membuka mata manusia di
dunia bahwa kemajuan teknologi mampu menguak tabir antariksa, yakni luar
angkasa. Uni Sovyet negara raksasa di dunia untuk pertama kalinya
meluncurkan Satelit ke luar angkasa.
Sebenarnya istilah satelit dipakai untuk menunjuk pada sebuah benda yang
bergerak orbital mengelilingi benda lain. Biasanya digunakan untuk
benda-benda angkasa yang bergerak beraturan seperti planet, yang
berputar mengelilingi matahari.
Uni Sovyet berhasil meluncurkan satelit pertamanya ini di Baikonur dan
diberi nama Sputnik 1. Satelit pertama yang tak berawak ini meluncur
mulus dan lepas dari gaya tarik bumi. Lalu berputar mengelilingi bumi
kita ini, kemudian melaporkan hasil perjalanannya.
Keberhasilan ini mendorong peluncuran satelit Sputnik II tiga bulan
kemudian. Untuk peluncuran satelit kali ini ditumpangi anjing bernama Leika. Gunanya untuk melihat apakah tak ada perubahan makhluk hidup yang menumpang ke antariksa.
Pada awal tahun 1960-an Uni Sovyet berhasil meluncurkan orang pertama ke luar angkasa sebagai kosmonout.
Dengan kejadian itu Amerika Serikat pun tak mau ketinggalan, secara
heroik dan mencengangkan pada tahun 1969 2 orang Astronout di luncurkan
yaitu Neil Armstrong dan Edwin Aldrin, dan berhasil menginjakkan kaki
mereka di bulan (meski sampai saat ini masih disanksikan oleh banyak
ilmuwan). Sejak saat itu, perlombaan antara 2 negara adikuasa itu dalam
bidang teknologi antariksa berlangsung.
Tekanan program antariksa pun bergeser. AS memilih rencana pembuatan
pesawat ulang alik, yang tujuannya agar beaya rendah dan kegunaannya
lebih banyak. Sedangkan Uni Sovyet lebih senang membuat laboratorium di
sana.
Pesawat ulang alik AS yang pertama disebut "Columbia". Setelah dipakai 2
kali, pesawat dengan bobot 2000 ton tersebut diistirahatkan.
Penggantinya yang lebih hebat yaitu pesawat ulang alik generasi kedua
dinamai "Callenger", artinya penantang yang membawa dua satelit
kmunikasi. Satu dinamakan Westar VI milik Western Union, dan satu lagi
Palapa B-2 milik pemerintah Indonesia.
Satelit yang selama perlombaan teknologi antariksa berlangsung sudah
banyak yang dilundurkan. Manfaat satelit bermacam-macam, mulai untuk
mendeteksi cuaca, jaringan komunikasi, merekam kandungan mineral dan
berbagai kekayaan alam lain. Ada juga satelit yang digunakan untuk
tujuan-tujuan militer dan pertahanan alias satelit mata-mata untuk
mengintip kekuatan musuh.
Satelit milik Indonesia pertama dikenal dengan nama Palapa A1 dan Palapa
A2, diluncurkan dari landasan Tanjung Canaveral pada tahun 1976 dan
1977. Palapa A1 digunakan untuk keperluan domestik, antara lain :
transmisi televisi dan telekomunikasi. Sedangkan Palapa A2, dengan
desain dan kapasitas yang identik, melayani telekomunikasi ASEAN dan
keperluan HANKAM.
Seperti halnya manusia, satelitpun umurnya tak begitu panjang. Jadi,
mesti diganti dengan anaknya atau satelit generasi ke-2. Maka satelit
Palapa B1 dan Palap B2 bertugas menggantikan Palapa A1dan Palapa A2 yang
habis masa operasinya pada tahun 1983 dan 1984.
Jika Palapa B1 masih diluncurkan secara konvensional, maka Palapa B2
mulai diprogram untuk memanfaatkan teknologi sangat tinggi, harus dibawa
dengan pesawat ulang alik "Challenger" ke luar angkasa.
Satelit Palapa berbentuk silinder, sekeliling bundarannya dibalut
sel-sel tenaga matahari (solar cell). Satu bagian silinder terlipat
seperti teleskop kantong, dan menjadi pendorong ketika keluar dari
pesawat ulang alik.
Harga satelit Palapa B menurut Perumtel waktu itu mencapai 40 juta
dollar AS, belum termasuk ongkos peluncurannya sekitar 9 juta dollar AS
dan asuransi 3 juta $.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar